Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Allah PL Berbeda Dengan Allah PB?

Allah PL Berbeda Dengan Allah PB?

Pemahaman

1. Allah dalam Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama, kita bisa mengetahui bagaimana Allah merupakan Allah yang kekal, dan Maha Kuasa. Memang kalau kita baca secara sekilas, terlihat bahwa Allah di dalam Perjanjian  Lama digambarkan berbeda dengan di Perjanjian Baru, walaupun yang sebenarnya Allah yang sama yang memberikan inspirasi dalam penulisan Alkitab dan juga Allah yang sama, yang begitu mengasihi manusia dan juga Allah yang sama yang begitu adil kepada umat-Nya. Dan Allah yang berbelas kasih dan penuh kasih terungkap dalam begitu banyak ayat-ayat didalam Perjanjian Lama juga, contohnya saja jika kita melihat dalam Mazmur 103:8: “TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.”. “Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!” (Yes 30:18).

Akan tetapi, bagaimana cara kita untuk membedakan atau mengartikan apa yang tertulis didalam Perjanjian Lama bahwa Tuhan sering sekali digambarkan sebagai Tuhan yang emosian, pemarah, dan yang sering menghukum manusia. Contohnya didalam Ulangan 13:1-15, dan lain sebagainya. Dalam mengertikan semuanya ini atau kontek ini kita harus memiliki dan memegang teguh prinsip, yaitu sebagai berikut:

1.1. Kita harus percaya bahwa Tuhan adalah kasih, adil, dan merupakan sosok yang penuh dengan belas kasihan (Mazmur 103:8). Dengan kita memiliki kepercayaan dankeyakinan seperti begitu, maka kita bisa mengambilkesimpulan bahwa Allah kita tidak mungkin melakukan apapun yang bertentang dengan prinsip adil, kasih, dan berbelas kasihan, karena semua hal itu merupakan hakekat dari Tuhan, Allah sendiri. Jadi ketika kita membaca salah satu kitab dari Perjanjian Lama yang menurut kita bertentangan dengan ketigahal tersebut, maka bukanlah Alkitab yang perlu dirobah, dan bukan juga kesalahan dari Allah, namun kita sebagai manusia (ciptaan) yang penuh dengan ketebatasan untukmengenal segala hal, perlu lebih lanjut lagi untuk mempelajari dan memahami apa maksud dari aya-ayat Alkitab yang kita baca tersebut, sehingga kita sebagai umat Kristiani tidak mudah untuk tersesat dan menganggap bahwa kita memilki Allah yang berbeda dari Allah orang Israel dulu. 

1.2. Dalam Roma 6:23 disana tertulis bahwa upah dosa ialah maut. Oleh karena itu, kita tahu bahwa hukuman bagi orang yang berbuat dosa adalah maut (hukuman mati). Namun, kita merasakan pada masa sekarang ketika kita berbuat dosa tidak dihukum mati, malah banyak orang-orang fasik yang terberkati dan dubuat gemuk-gemuk, dibuat Makmur semasa hidupnya didunia ini (Ayub 21:7-15; Mazmur 37:35; 73:3-28; 92:7; 94:3-4). Jadi, maksud dari kontek Roma 6:23 tersebut adalah bukan kematian secar fisik, namun dimana mereka memiliki hati yang tumpul dan tidak mau lagi mendengarkan kebenaran dari Firman Tuhan sebab hari mereka telah dipenuhi dengan dosa atau mereka telah mati rohani. Tuhan masih memberika mereka kesempatan kepada orang-orang tersebut untuk bertobat dan bisa kembali ke jalan yang benar, karena Allah tidak menginginkan dan tidak merancangkan kebinasaan kepada umat manusia, sebab Dia adalah sang pencipta, dan menginginkan supaya seluruh umat dapat memuji, memuliakan nama-Nya. Akan tetapi walaupun dibiarkan seperti begitu atau masih diberikan kesempatan untuk bertobat, mereka tetap mengalami konsekuensi atau proses dalam kehidupan mereka, dan walaupun bukan mereka yang mengalami konsekuensinya bisa saya anak-anaknya atau keturunan-keturunan mereka yang akan menanggung akibat dari kesalahan-kesalahan dari orangtua mereka tersebut, karena Tuhan, Allah adil bagi seluruh umatnya, Dia tidak melihat bulu, dan tidak pilih kasih. 

1.3. Kematian dan kehidupan merupakan kewenangan dari Allah sendiri karena Tuhan adalah sumber atau sang pemberi hidup kepada umat ciptaan-Nya. Jadi, kita harus tahu bahwa apapun yang terjadi didalam kehidupan kita tu semua merupakan kehendak dari Tuhan kita, kita tidak bisa mengatur kehidupan kita sendiri, memang kita sebagai umat manusia dapat merencanakan sesuatu hal yang baik bagi kehidupan kita, namun Tuhanlah yang akan mengatur dan memberikan semuanya itu bagi kehidupan kita. 

2. Allah dalam Perjanjian Baru 

Dalam Perjanjian Baru kasih setia dan kemurahan Tuhan dinyatakan-Nya dengan lebih dalam, melalui diri anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus, dimana Dia bisa menjangkau dan behubugan dan berelasi secara intim dengan manusia, dan juga merasakan apa yang dirasakan oleh dunia. ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). 

Banyak orang berpendapat bahwa Yesus bukanlah Allah yang di Perjanjian Lama. Namun, jika kita lebih dalam memahami Alkitab, maka kita akan mengetahui bahwa Yesus adalah pribadi Allah sendiri. Yesus Kristus enyatakan kekekalan-Nya ketika Ia menyatakan, “Sebelum Abraham ada. AKU TELAH ADA”. (AKU ADA-ego eimi) (Yohanes 8:58). Dari ayat ini kita mengatahui bahwa Yesus Kristus atau telah ada sebelum Abraham ada. Jadi bisa disimpulkan bahwa Dia atau Yesus Kristus sebagai pribadi kedua Allah adalah kekal, dimana dia telah ada dari dulu, dan ada sekarang, dan samapai selamanya.

Dalam kehidupan Yesus Kristus ke dunia, Dia banyak melakukan kasih sebab Allah adalah kasih (1Yohanes 4:15). Kasih Allah dalam kehidupan kita sangat mendalam dan melingkupi semuanya, akan tetapi kasih itu bukan sentimentalis yang menghangatkan hati yang sering disebut sekarang ini kasih atau perasaan cinta. Kasih yang Allah berikan kepada kita adalah kasih seperti seorang gembala yang membimbing domba-domba-Nya atau umatn-Nya kejalan yang benar. Yesus Kristus sangat dekat kepada kehidupan manusia, sebab dia telah berinkarnasi menjadi seperti manusia. Namun, tubuh manusia yang Ia miliki bukan seperti tubuh manusia yang dimiliki manusia pada umumnya. Sebab tubuh yang Ia miliki adalah tubuh yang sangat suci dan tidak ada dosa sama sekali. Berbeda dengan tubuh manusia yang pada umumnya, dimana kehidupan manusia telah dipenuhi dengan dosa dan pelanggaran, sehingga tidak layak untuk dikatakan suci, sebab memang tidak suci. 

Oleh sebab itu, Allah berinisiatif untuk berinkarnasi menjadi manusia, dan lahir melalui seorang perempuan yang perawan yaitu Maria, Dia lahir sepeti manusia pada umumnya. Allah menyatakan diri-Nya langsung kepada umat manusia, sebab seluruh umat manusia telah terikat dengan dosa, telah dibelenggu oleh dosa. Dan Ia datang untuk menyelamatkan umat manusia atau bisa diistilahkan Dia datang untuk menginjil dan memberikan kabar baik bahwa manusia masih diberikan kesempatan untuk bisa bebuat baik dan bertobat. Hal ini juga telah Allah lakukan pada Perjanjian Lama, dimana pada waktu manusia jatuh kedalam dosa, Tuhan, Allah masih memberikan manusia kesempatan untuk bisa hidup didunia ini serta bertambah banyak dan memenuhi bumi. Hal ini sering disebut sebagai Protoevangelium (Kejadian 3). Dari sini kita bisa melihat bahwa Allah benar-benar sama seperti di dalam Perjanjian Lama, dimana misi penyelamatan-Nya kepada umat manusia sangat-sangat luar biasa, hiangga Ia (Allah) rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal higga mati di kayu salib, sebagi tebusan dosa dari manusia. Dan semuanya itu Dia lakukan secara Cuma-Cuma tanpa bayaran apapun. 

Doktrin Yesus Kristus sebagaia anak Allh telah terbukti dalan sejarah peristiwa yang paling agung, yaitu pada kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Di dalam wahyu yang diberikan oleh-Nya sendiri, Kritus sudah menyatakan bahwa dia mempunyai sifat Ilahi. Namun, satu hal yang paling penting tercantum didalam Yohanes 8:56-59. Dalam Maz. 110:1, menyebutkan nama Tuan. Nama Tuan yag dimaksud disini mengacu kepada nama Tuhan Yesus. Hal ini lebih jelas kita lihat dalam Filipi 2:9-11.

Pembahasan

Mengapa dalam Perjanjian Lama Allah begitu berbeda dengan Allah dalam Perjanjian Baru? 

Pertanyaan-pertanyaan yang seperti ini sering sekali muncul dari dulu hingga sampai sekarang. Pertanyaan ini muncul karena pengertian setiap masing-masing orang didasarkan dengan salah pengertian yang mendasar pada pembacaan dan pemahaman yang masih minim tetantang pribadi Allah baik yang di Perjanjian Lama maupun yang di Perjanjian Baru. Ungkapan dan tanggapan yang sama dengan oemikiran tersebut adalah disaat orang mengatakan bahwa Allah di Perjanjian Lama adalah Allah yang penuh dengan murka, sedangkan Allah dalam Perjanjian Baru adalah Allah yang penuh dengan kasih. Akan tetapi faktanya bukan seperti itu. Namun fakta bahwa Alkitab merupakan penyataan Allah secara progresif melalui peristiwa-peristiwa sejarah dan cara Allah berelasi atau behubungan dengan manusia dan mungkin pada saat Allah berhubungan dengan manusia terjadilah salah pengertian tentang Allah dalam Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Akan tetapi, ketika kita membacar dengan teliti dan dengan baik, maka terlihat jelas sekali bahwa Allah dalam Perjanjian Lama tidaklah berbeda dengan Perjnajian Baru. Allah tetap Allah dimana Dia yang kekal dari dulu, sekrang, hingga selama-lamanya, dia adalah Alfa dan Omega (awal dan akhir). 

Jika kita melihat dalam Perjanjian Lama, maka disna juga dikatakan bahwa Allah sebagai penyayang dan pengasih, panjang sabar, dan penuh dengan kelimpahan kasih dan setianya. Dapat kita melihta dalam: Keluaran 34:6; Bilangan34:6; Ulangan 4:31; Nehemia 9:17; Mazmur 86:5;15; 108:4; 145:8; Yoel 2:13. 

  • Perilakuan Allah dalam Perjanjian Baru 

Terlebih dahulu kita membahas dalam Perjanjian Baru, dimana dalam Perjanjian Baru Allah membimbing setiap umat-Nya seperti seorang domba, dan Dia sendiri yang menjadi seorang gembala yang menuntun kehidupan umat-Nya ke padang yang berumput hijau, Dia sangat pekka (mengerti isi hati) kita. Yesus Kristus adalah seorang gembala yang baik yang bisa memahami kehidupan domba-domba-Nya, dimana jika kita melihat perbuatan-perbuatan tangan-Nya, mukjizat-mukjizat yang Ia lakukan sangat luar biasa. 

  • Perlakuan Allah dalam Perjanjian Lama 

Didalam Perjanjian Lama, kita bisa mengetahui juga bahwa Allah memperlakukan bangsa Israel seperti seorang anak dan Ia yang menjadi seorang Ayah yang mengasihi anak-anak-Nya. Jika kita baca mulai dari kelima kita Musa (Pentateukh) perlindungan Tuhan terhadap bangsa Israel sangatlah besar adanya. Contohnya saja disaat bangsa Israel diperbudak rodi di Mesir, Allah sebaga seorang Ayah sangat kasihan kepada anak-anak-Nya, untuk dari pada itu Allah memakai Musa menjadi orang utama pada bangsa itu, untuk menuntun mereka keluar dari tahan Mesir tersebut. Allah melakukan berbagai macam mukjixat melalui hamba-Nya Musa, supaya orang-orang dapat mengetahui kehendak, kemuliaan dan kuasa Allah yang sebenarnya. 

Selanjutnya kita bisa mengetahui perlindungan Allah kepada bangsa Israel disaat mereka berada di padang gurun, mereka tidak merasa kekurangan apapun, baik makanan, minuman, Tuhan selalu mehyediakan bagi mereka. Bahka disaat mereka meminta daging, Tuhan memberikan kepada mereka, sebab Allah mengasihi mereka. Bukan hanya itu, jika kita membaca degan sangat teliti dan memahaminya kita bisa mengetahui bagaimana kasih dan keadilan Allah dinyatakan dalam Perjanjian Lama sama seperti pada Perjanjian Baru juga. Disaat umat Israel berbuat yang jahan dimata Tuhan, Dia menghukum mereka dengan membiarkan mereka dan tidak mau ikut campur tangan dengan apa yang mereka perbuat, bahkan Allah membiarkan mereka kalah pada negeri-negeri atau bangsa-bangsa diluar Israel yang hendak melawan mereka. Namun, ketika mereka berbalik untuk menyembah Tuhan dan kemabli menyerukan pertolongan kasih saying kepada-Nya, Allah yang kita artikan sebagai seorang Ayah langsung menjadi pahlawan bagi anak-anak-Nya, dimana Dia menolong bangsa tersebut dan membebaskan mereka dari segala marabahaya.akan tetapi, bangsa Israel pada masa itu masih belum mengetahui dengan begitu jelas dan mendalam bagaimana Allah itu sebenanrnya, hingga suatu ketika lagi mereka menyembah berhala, dan melakukan apa yang baik menurut pendapat mereka masing-masing. Dan disaat mereka melakukan kesalahan Allah tidak membiarkan mereka jatuh terus kedalam dosa, namun mereka dikasi pelajaran oleh Tuhan supaya mereka mengerti bahwa perbuatan yang mereka lakukan itu salah dihadapan Tuhan, dari hal ini Allah menyatakan keadilan-Nya. Namun, disaat orang-orag Israel kembali menyembah Allah, Allah langsung memberikan pertolongan dan menyelamatkan mereka dari tangan-tangan yang ingin menghancurkan mereka, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada umat Israel. 

Sumber:

  1. Josh Mc Dowel & Don Steward, Jawaban Bagi Pertanyaan Orang Yang Belum Percaya
  2. https://www.katolisitas.org/allah-di-dalam-perjanjian-lama-israel-kitab-taurat/
  3. Dr. Charles C. Ryrie, Teologi Dasa 1, (Yogyakarta: Andi, 1991)
  4. Gerad Baray, Allah Adalah Kasih: Teologi Blibikal dan Sistematis, (Surabaya: Momentum, 2020)
  5. Stephen Tong, Allah Tri Tunggal, (Momentum: 2015).
  6. G.C. van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016).
  7. Milliard J. Erickson, Teologi Kristen Vol. 1, (Malang: Gandum Mas, 2014).
  8. Milliard J. Erickson, Teologi Kristen Vol. 3, (Malang: Gandum Mas, 2018).