Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Israel Setelah Musa

Kronologis Bangsa Israel Setelah Kematian Musa



 1. Sejarah Israel Setelah Kematian Musa

Sebelum kematian Musa setelah memimpin bangsa Israel selama 40 tahun (1:1), Tuhan telah lebih dahulu memerintahkan Musa untuk menyerahkan kepemimpinan kepadaYosua, dan memeprsiapkannya untu menjadi pemimpin bagi bangsa Israel. Setelah kematian Musa, Yosua dipilih (diangkat) menjadi seorang pemimpin bagi bangsa Israel. Yosua merupakan abdi dari Musa, orang yang sangat setia mengikuti Musa padamasa pemerintahannya atas bangsa Israel. Yosua adalah salah satu dari orang yang berasil masuk ke tanah Kanaan (tanah perjanjian). Dalam kitab Yosua menceritakan tentang sejarah kemenangan bangsa Israel dimana pada masa ini mereka masuk ke tanah Kanaan, yang dimana orang Israel melakukan pendudukan penaklukan dan pembagian tanah Perjanjian. Israel memiliki Allah yan hidup yang selalu menyertai mereka, Allah menyatakan janji-Nya kesetiaan-Nya kepada umat-Nya (Kej. 15:18; Yos. 1:2-6; 21:43-45).
Pada saat kepemimpinan Yosua, bangsa Israel mengatur segara barisan tantara untuk merebut kota-kota yang merupakan milik mereka. Dan karena Tuhan yangs elalu beserta mereka, maka bangsa Israel selalu mendapatkan kemenangan atas bangsa-bangsa lain. Setelah itu mereka melakukan segala hal yaitu sebagai berikut:
1.1. Persiapan untuk masuk tanah Kanaan
1.2. Kemenangan-kemenangan bangsa Israel
1.3. Pembagian tanah Kanaan
1.4. Pesan akhir dan perjanjian
Namun, perlu kita ketahui bahwa semuanya ini masih belum selesaibegitu saja, Israel masih belum memperoleh semua kota-kota tersebut, masih ada beberapa kota yang belum sempat di peroleh pada masa pemerintahan Yosua. Dalam kitab hakim-hakim menjelaskan bahwa Allah sengaja meninggalkan beberapa kota tersebut supaya anak-anak Israel yang belum pernah mengenal peperangan, dapat terpelajar untuk bisa berperang melawan musuh (Hak. 3:2).
Sesudah Yosua mati, orang Israel tidak memunyai siapa-siapa lagi untuk menjadi perantara antara Allah dengan bangsa Israel. maka dari itu, mereka langsung bertanya kepada TUHAN kemana mereka melangkah (Hak. 1:1). Namun setelah lama-kelamaan iman mereka semakin merosot, semakin menurun, mulai meragukan penyertaan Tuhan.
Pada masa itu bangsa Israel melakukan apa yang menurut pandangan mereka benar. Mereka tidak mengandalkan Tuhan lagi, mereka melakukan penyembahan-penyembahan baal  atau penyembahan kepada allah-allah lain, sehingga membuat hati Tuhan semakin panas karena cemburu akan kelakuan yang dilakukan oleh bangsa Israel. Oleh karena itu, Tuhan murka atas bangsa Israel, sehingg Ia tidak lagi menyertai bangsa Israel dalam segala hal apapun. Namun, semurka-murkanya Allah, Dia tidak pernah meninggalkan umat pilihan-Nya. 
Setelah kematian Yosua Bin Nun maka bangsa Israel tidak memiliki kepemimpinan secara jasmani, mereka meragukan kepemimpinan Tuhan akan kehidupan mereka, sehingga pada waktu itu grafik kondisi kehidupan mereka naik-turun. Berikut grafik kehidupan bangsa Israel: 

Damai - Berdosa - Penghukuman - Bertobat

Setelah semuanya itu terjadi Allah sangat murka kepada bangsa pilihan-Nya yaitu umat Israel. Pada zaman hakim memerintah ada kelaparan di Israel. Lalu pergilah seorang Betlehem-Yehuda beserta dengan isteri dan anak-anaknya laki-laki ke daerah Moab. Anak laki-laki di nikahkan kepada kedua perempuan Moab yang mereka tinggali tersebut, yang satu bernama Orpa dan yang satu bernama Rut. Waktu itu, Tuhan mengacungkan tanggan-Nya dan menimpakan malapetaka pada keluarga tersebut, dimana Suami dari rumah tangga dan anak-anaknya laki-laki mati, sehingga tinggal mereka bertiga yang tinggal antara lain Naomi, Orpa, dan Rut. Naomi memutuskan kembali ke Israel, dan dia membawa kedua menantunya, namun Orpa tidak jadi ikut, ia mundur di tengah jalan, namu Rut tetap setia mengikut menantunya tersebut. Setelah sampainya di Israel Rut dinikahi oleh sanak saudara dari suaminya Naomi yang bernama Boas.

2. Raja-Raja Pertama Israel

Bangsa Israel tidak berhasil menguasai tanah Palestina secara kesleuruhan walaupun para hakim telah berusaha dengan sanat kerasdan semampu mereka, namun tetap aja tidak bisa menguasai secara sepenuhnya.  Keserakahan bangsa Israel membuat mereka gagal memperoleh yang seharusnya menjadi milik mereka, namun karena mereka selalu melawan kepada Tuhan, selalu mendua hati, maka dari itu Allah tidak mempercayakan sepenuhnya kepada mereka. Karena Allah mempunyai rencana lain kepada umat-Nya tersebut.
Setelah sekian lama tidak ada Raja diantara oran Israel, maka dengan perantaraan nabi Samuel bangsa itu memilih dan mengangkat raja untuk memimpin mereka dalam menghadapi musuh-musuhnya, diantaranya adalah sebagai berikut:

2.1. Saul

Saul merupakan orang yang pertama sekali dipilih dan dinobatkan ataudiangkat menjadi raja bagi bangsa Israel. Pemilihan dan pengangkatan Saul menjadi raja dapat kita lihat dalam Kitab 1 Samuel 8-12, dan proses pemerintahannya dipaparkan dan dijelaskan pada ayat-ayat selanjutnya. Dalam I Samuel 9:1-10:16 menceritakan tentang pengurapan Saul menjadi raja oleh nabi Samuel. 
Pengurapan yang dilakukan oleh Samuel pada masa itu adalah pengurapan yang biasanya mereka lihat pada masa pemerintahan di Mesir. Dimana pada waktu mereka ada disana mereka menyaksikan pengurapan raja di Mesir pada masa itu, sehingga Samuel pada masa itu mengikuti tata cara pengurapan tersebut, dan dilakukannya demi kemuliaan nama Tuhan.
Pada waktu itu sebenarnya pengangkatan raja ini ada yang tidak setuju diantaranya adalah Samuel sendiri (1 Samuel 8 dan 10:17-27). Alasan dasar dari tindakan penolakan Samuel adanya raja di Israel karena Allah sendirilah yang telah menjadi Raja bagi umat-Nya, jadi buat apa lagi harus adanya raja (1 Samuel 8:7;10:19). Pada masa itu kita Samuel takut dankuatir akan umat Israel, dimana jika sudah ada raja yang memimpin negeri itu, maka mereka akan cepat sekali membelakangi Tuhan dan bisa saja akan menyembah raja yang telah ditetapkan untu memimpin tersebut. maka itu juga merupakan salah satu alasan Samuel tidak setuju akan pengangkatan dan penetapan raja di Isral karena orang Israel mudah sekali melakukan penyembahan kepada apay an dilihat mata mereka sendiri, mereka tidak percaya bahwa ada Alah yang lebih besar dari apa yang mereka pikirkan dan mereka sembah.
Kewibawaan kepemimpinan Saul sebagai raja diakui oleh banyak suku di Israel, itu dibuktikan karena dia berhasil memimpin peperangan dan membawa kemenangan kepada bangsa Israel oleh karena kuasa Tuhan menyertai dia. Banyak daerah yang berhasil di taklukan pada masa kepemimpinan Saul. Namun kemenangan-kemenangan tersebut belum berarti apa-apa sebab kemenangan tersebut tidak memberikan kenyamanan bagi bansa Israel, dimana bangsa Filistin tetap menjadi ancama terbesar bagi mereka, sebab orang Filistin memiliki algojo yang sangat besar yang bernama Goliat. 
Dibalik semua kemenangan itu, Saul melakukan kesalahan yang sangat fatal dihadapan Tuhan, pada saat dia tidak mengikuti perintah Tuhan untuk memusnahkan semua milik kepunyaan dari bangsa yang mereka perangi. Sehingga semuanya itu membuat hati Tuhan murka kepada raja Saul, dan Tuhan menjauhkan kemuliaan dan kuasa-Nya kepada Saul (1 Samuel 15:9). Saul telah gagal melayani Allah sebagaimana yang seharusnya ia lakukan (1 Samuel 15:22-23) dan Samuel menyatakan bahwa Saul telah kehilangan kemuliaan Allah (1 Samuel 13:14; 15:11, 18).
Pada waktu itu ada seorang anak muda yang membantu peperangan atau membantu pasukan Israel untuk memimpin peperangan yaitu Daud. Pda waktu itu kemenangan bagi bangsa Israel sungguh amat luar biasa. Oleh karena kegagalan Saul dalam menyenangkan hati Tuhan, sehingga ia iri melihat Daud yang sering menang dalam melaksanakan peperangan. Hingga pada akhirnya kerajaan Israel dipercayakan kepada Daud.

2.2. Daud

Daud adalah anak dari Isai, yang berasal dari suk Yehuda. Pekerjaan Daud setiap harinya adalah menggembalakan domba-domba ayahnya. Daud berkenan dihadapan Tuhan, di sepanjang kehidupannya Tuhan selalu menyertainya (Kisah Para Rasul 13:36). Sebelumnya, sebelum Saul meninggal dunia, Daud telah diurapi untuk menjadi raja menggantikan Saul memimpin bangsa Israel (1 Samuel 16:1-3). 
Daud sudah sangat terkenal pada saat ia melawan algojo Filistin yang sangat besar (raksasa) yaitu Goliat. Goliath merupakan orang yang sangat ditakuti oleh semua orang, bahkan seua pasukan Israel sangat takut menghadapinya. Namun, berkat daripenyertaan Tuhan kepada Daud, ia sanggup mengalahkan atau menumbangkan Goliat dengan kenggunakan krikit dan ketapel saja.
Suku yang pertama kali mengakui ke-rajaan Daud yaitu sukunya sendiri, suku Yehuda (2 Samuel 2:1-4). Pada waktu itu orang dari suku Yehuda membawa Daud ke kota Hebron dan mengurapinya disana. Bayak peperangan yang dimenangkan selama kepemimpinan raja Daud. Berbagai-bagai kota mereka rebut, oleh karena penyertaan Tuhan kepada bangsa Israel.
Namun dibalik semuanya itu, Daud juga yang masih hidup dalam kedagingan melakukan pelanggaran yang membauat Tuhan marah kepadanya. Dimana waktu itu ia memandangi isrti dari panglima perangnya dari atas sotoh rumahnya yaitu istri Uria yang bernama Batsyeba. Sehingga pada waktu itu raja Daud rela mengorbankan panglimanya mati di medan pertempuran, dimana ia menempatkan Uria di barisan paling depan dalam peperangan, hingga pada akhirnya Bertsyeba jatuh ketangannya dan menjadi isterinya. Namun dosa selalu ada konsekuensinya dimana pada waktu itu dalam keluarganya sendri terjadi berbagai konflik antara lain pemerkosaan Tamar oleh Ammon saudara lain dari ibunya Tamar (2 samuel 13:1-22). Dan Absalom sebagai kakak kandung Tamar membunuh Ammon (2 samuel 13:23-29). Dan masih banyak lagi permasalahan-permasalahan yang dihadapi Daud oleh karena dosa yang telah ia lakukan. 
Daud menyadari kesalahannya dan mengakunya dengan jujur dihadapan Tuhan, sehigga oleh karena pengakuannya Tuhan mengampuni dia (2 Samuel 11:12). Tuhan mengampuni Daud pada saat ia menyadari bahwa semua yang dilakukannya salah dihadapan Tuhan.
Periode kerajaan Daud dapat dipandang sebagai puncak agaa Israel dalam fase awalnya. Dimana pada masa itu orang Israel mengagungkan Tuhan, memuliakan-Nya. 

2.3. Salomo

Setelah Daud sudah menjadi tua, maka kepemimpinan sebagai Raja bagi bangsa Israel diperkenankan kepada Salomo anak kandungnya dari isrtrinya Batsyeba. Kepemimpinan Salomo dimulai sejak ayahnya sudah tua, dan keadaan bangsa Israel sudah menjadi berkuasa atas semuanya dan musuhnyapun sudah mulai berkuran atau sedikit. Pada saat Salomo melaksanakan kepemimpinan, ia bertidak dengan cepat untuk mempertahankan keutuhan wilayah Israel dengan menyingkirkan musuh-musuhnya, yang ingin merebut kekuasaan dan kejayaan bangsa Israel.
Salomo memperkuat kerajaan Israel dengan memperkuat semua kubu-kubu pertahanannya, kota-kota peekubuannya (1 Raj. 9:15-19). Salomo memfasilitasi segala keperluan perang seperti kereta-kereta berkuda. Juga ia melakukan beberapa mufakat atau perjanjian mufakat terhadap raja-raja lain dikerajaan lain.
Pada masa itu pembangunan bait Allah masih belum selesai secara keseluruhan, baru sebagian kecil yang selesai pada masa pemerintahan ayahnya Daud. Pada pemerintahan salomo dilangsungkanlah pembuatan bait Allah dengan baik dan memadai. Sehingga pada masanya kerajaan Israel semakin megah dan mewah, dan Tuhan selalu ada ditengah-tengah bangsa itu. Dalam hal apapun Tuhan selalu menyertai dan memberkati segala pekerjaan tangan mereka. Oleh karena hikmat yang sangat luar biasa yang dimiliki raja Salomo, ia berhasil dalam pemerinyahan dan perdagangan. Daerah pemerintahannya semakin luas, bahkan lebih luas dari pada zaman pemerintahan Saul dan Daud. Raja Salomo berhasil membawa keajaan Israel merasakan hasrat dan keharmonisan yang sangat luar biasa (1 Raj. 4:22-28;10:14-29).

3. Masa Pembuangan Atau Perpecahan Kerajaan

Pada masa terakhir pemerintahan Salomo, terjadi penyelewengan, dimana Salomodi balik kejayaan kerajaannya dan kemurtadannya (1 Raj. 11) oleh karena hikmat yang sangat luar biasa yang dimilikinya ia banyak mendapat harta dan juga isteri. Namun, oleh karena itu semua ia malah jatuh dalam dosa (1 Raj. 11:1-8). Salomo melanggar semua ketetntuan yang diberikan Tuhan tentang seorang pemimpin atau raja yang terdapat dalam Ulangan 17:16-17.
Setelah kematian Salomo, kedua anaknya saling memperebutkan kerajaan, sehingga waktu itu sepuluh suku bersama dengan Yerobeam memberontak terhadap Rehabeam, dan membentuk kerajaan Utara yang disebut kerjaan Israel, dan sementara kerajaan yang dipegang Rehabeam adalah kerjaan Yehuda (1 Raj. 12:1-25). Pemberontakan ini terjadi oleh karena Rehabeam tidak mengikuti dan malah memberatkan tanggungan dari padabangsa itu (2 Taw. 10). Perpecahan tersebut membawa dampak yang besar bagi bangsa Israel, bukan saja hanya dibidang politik tetapi juga di bidang keagamaan, dimana pada masa itu banyak yang melakukan penyembahan berhala (1 Raj. 12:25-33; 14:21-24).
Maju tidaknya kerajaan tergantung kepada kepemimpinan raja yang memimpin kedua kerajaan tersebut yaitu kerajaan Selatan (Yehuda), dan kerajaan Utara (Israel). ketika mereka taat dan mengikuti hukum Tuhan seperti bapak leluhur mereka Daud, maka kerajaan tersebut akan maju dan jaya kembali.
Namun bukan kemajuan yang terjadi pada masa itu, tetapi kehancuran. Kerajaan Israel (kerajaan Utara) hancur  oleh karena dikalahkan dan jatuh ketangan pasukan Asyur sekitar tahun 722 SM, pada waktu pemerintahan raja Hosea (2 Raj. 17:1-42). Seluruh penduduk Israel dibuang ke Asyur. Dan kerajaan Selatan (kerjaan Yehuda) juga mengalami kehancuran pada tahun 587 SM, dikalahkan oleh raja Nebukadnezar dari Babel, dan seluruh penduduk atau rakyatnya dibuang atau diasingkan ke Babel (2 Raj. 25:1-26). Sebagian rakyat dibunuh, sebagian dibawa ke Babel sebagai tawanan perang, dan hanya yang paling miskin ditinggalkan di Yehuda.
Dalam pembuangan yang telah terjadi itu, seluruh orang Israel kehilangan kekayaan mereka. Para pembesar dibawa ke Asyur dan Babel sebagai tawanan dan terpaksa meninggalkan tanah milik mereka di Palestina, dan sedangkan harta milik kepunyaan mereka yang lain tentu diambil oleh para tantara-tentara yang menawan mereka. Para petani yang ditinggalkan di Palestina menyambung hidupnya di tanah yang di kuasai oleh kerajaan yang telah menawan mereka dengan sangat sulit ataupun melarikan diri ke Mesir dan mengharapkan nasib yang lebih baik di sana.
Pada masa pembuangan ini ada juga beberapa atau sisa-sisa rakyat yang membelot  yang menyebrang kepihak raja Babel demi kepentingan mereka sendiri. Mereka memikirkan bagaimana penghidupan mereka kedepannya, maka dari itu mereka memanfaatkan situasi yang ada untuk bisa menghidupi kehidupan mereka (2 Raja-Raja 25:11).

4. Masa Pemulihan dari Pembuangan

Pada pihak lain, beberapa di antara orang Israel yang dibuang itu berhasil dalam bidang perdagangan, bahkan ada juga yang kemudian mendapat pendidikan di negeri asing dan memperoleh jabatan di pemerintahan (misalnya Daniel, Nehemia; Ester). Tetapi orang berbakat seperti itu bisa berhasil di mana saja, sehingga tak dapat disimpulkan bahwa ada orang Israel yang sungguh beruntung dari pembuangan. Sebaliknya, peristiwa itu merupakan malapetaka terbesar di seluruh sejarah bangsa Israel.
Pada tahun 538 SM, dan pada tahun-tahun berikut, beberapa orang Yehuda mendapat kesempatan untuk kembali ke tanah air mereka (Ezr 1 dst.). Wilayah Yehuda, di bagian selatan Palestina, menjadi propinsi kerajaan Persia dan Raja Koresy memberi izin kepada mereka yang pulang ke sana untuk membangunnya kembali. Orang-orang Yehuda diberi kebebasan beragama dan berbudaya, walaupun secara politik mereka masih takluk kepada Persia. Sayang sekali, sesudah mereka kembali ke sana untuk membangun bangsa mereka secara baru, penindasan dan ketidakadilan timbul lagi (Neh 5:1-5; Yes 58:1-12; Mal 3:5).
Setelah kembalinya mereka dari pembuangan, maka mereka meiliki rancangan dan sekaligus tekat yang kuat untuk membangun kembali tembok Yerusalem (Nehemia 2:11-20; 3: 1-32). Pada waktu pemulihan atau pengembalian orang-orang Israel ketanah mereka, ada juga yang tidak mau kembali lagi ke tanah mereka melainkan melangsungkan kehidupan di tanah pembuangan tersebut diantaranya yairu Ester. Dan dalam kitab Ester, disana kita bisa melihat bagaimana perlindungan Tuhan (Providensia) Allah bagi umat yang taat kepada-Nya.

Sumber:

  1. David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (BPK Gunung Mulia: 2019)
  2. Th.C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (BPK Gunung Mulia:2019)
  3. Rainer Albertz, "Israel in exile: the history and literature of the sixth century BCE", p.xxi.
  4. J. David Pawson, Membuka Isi Alkitab Perjanjian Lama, (Immanuel: 2017)
  5. L. Thomas Holdcroft, Kitab-kitab Sejarah, (Gandum Mas:1992)
  6. Herbert Wolf, Pengenalan Pentateukh, (Gandum Mas: 2017).