2 Timotius 2:14-26 – MALAH MENJADI BATU SANDUNGAN
"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Tuhan sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu." 2 Timotius 2:15
Setiap orang
percaya seharusnya sadar sepenuhnya bahwa ada tanggung jawab yang Tuhan
percayakan kepada kita, karena kita ini pekerja-pekerja-Nya. Disebut pekerja,
artinya ada sesuatu yang harus kita kerjakan, bukan bermalas-malasan atau
santai. Mengapa kita harus bekerja? Karena "Bapa-Ku
bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17).
Tugas pekerja Tuhan adalah bekerja untuk memberitakan Injil dan kebenaran-Nya
kepada semua orang. Yang dimaksudkan pekerja Tuhan bukan hanya mereka yang
menyandang gelar sarjana Theologia, atau memegang jabatan resmi dalam
keorganisasian gereja sebagai pastur, pendeta, penginjil atau para fulltimer,
tapi setiap orang yang mengakui Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam
hidupnya.
Syarat menjadi
pekerja Tuhan tidaklah mudah, ia haruslah orang yang memiliki kehidupan seperti
yang Tuhan mau. Karena itu rasul Paulus meminta Timotius untuk memberikan
nasihat kepada jemaat yang dilayaninya: "Ingatkanlah
dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan
Tuhan, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak
berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya." (2 Timotius
2:14). Rasul Paulus juga berpesan kepada Timotius: "...jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih
dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang
murni." (2 Timotius 2:22). Jadi, ini langkah untuk menjadi pekerja
yang bisa dipakai Tuhan: "Jika
seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot
rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai
tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius
2:21).
Dalam praktek
hidup sehari-hari banyak pekerja Tuhan yang kehidupannya malah menjadi batu
sandungan bagi orang lain. Di antara pekerja Tuhan sering terjadi pertengkaran,
percekcokan, fitnah, gosip atau iri hati. Bukankah hal ini justru semakin
menghalangi orang lain untuk mengenal Tuhan?
Pekerja Tuhan harus menjadi teladan, bukan malah jadi
batu sandungan!