Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mazmur 1:1-6 Jalan Hidup Orang Benar Vs Fasik

 Shalom, 

Baru-baru ini kita dihebohkan dengan ditangkapnya beberapa crazy rich – orang yang hebat kekayaannya – karena diketahui mereka beroleh kekayaan sangat cepat dan instan dengan cara menipu dan memperdaya orang lain. Mereka tidak akan ketahuan jika seandainya mereka tidak show off memamerkan kekayaan dan “kebahagiaan” di media sosial dengan wajah penuh sukacita. 

Tak dapat dipungkiri, semua orang berbuat sesuatu untuk mengejar kebahagiaan, misal: bersekolah atau bekerja untuk mencari kebahagiaan, menikah juga ingin bahagia bukan untuk berkelahi. Namun setelah apa yang diidam- idamkan tercapai, kebahagiaan yang didapat serasa semu sebab hanya berlangsung sesaat kemudian semua kembali seperti biasa.

Bagaimana memperoleh kebahagiaan menurut Kitab Mazmur 1 yang kita pelajari hari ini? “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air yang menghasilkan buahnya pada musimnya dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.” 

Terbukti kebahagiaan tidak mungkin diperoleh secara instan tetapi melalui proses dan langkah-langkah yang perlu diambil yakni: 

DIMULAI DENGAN KOMITMEN (ay. 1-2).

Perhatikan, apa pun yang kita lakukan untuk mencapai suatu tujuan semuanya harus dimulai dengan tekad atau komitmen. Contoh: demi misi perdamaian, Presiden Jokowi dan istri nekad terjun langsung ke medan konflik di Ukraina dan Rusia. Demi “kebahagiaan dan masa depan dunia” beliau bertekad/berkomitmen berani bayar harga dan menanggung risiko bahkan pengorbanan nyawa. Bagaimana dan seberapa jauh komitmen kita dalam mengikut Tuhan? 

Pemazmur mempromosikan kebahagiaan tidak dengan janji manis dan meniupkan “angin Surga” yang tidak realistis. Namun dengan tegas ia menyatakan bahwa kita akan berbahagia dengan janji yang bersyarat. Berbicara mengenai janji, Alkitab menuliskan dua macam janji, yaitu: janji tanpa syarat dan satunya lagi janji yang bersyarat. 

Untuk beroleh kebahagiaan, para pembaca/pendengar harus memenuhi syarat:

  • Berkomitmen tidak kompromi dengan dosa seperti:

- Tidak berjalan menurut nasihat orang fasik → perencanaan

Bila kita ingin mendapatkan kebahagiaan, buatlah perencanaan yang baik dan dengarkan nasihat Firman Allah serta saran dari orang-orang rohani bukan orang-orang fasik. Tahukah raja dari segala penasihat yang kita miliki ialah Allah – Sang Firman yang hidup?

Siapa yang dimaksud dengan orang fasik (bhs. Ibrani: rasha) di sini? Mereka yang bersifat orang jahat, kriminal dan tidak percaya/mengenal Allah. 

Aplikasi: hendaknya kita tidak mengikuti nasihat orang fasik tetapi ikutilah nasihat kebenaran. Apa pun yang kita rencanakan – keuangan, pendidikan, kesehatan, pernikahan, masa depan dst. – konsultasikan terlebih dahulu kepada Allah. Jangan setelah membuat keputusan sendiri atas rencana kita baru kita menyodorkan rencana tersebut kepada Tuhan untuk sekadar konfirmasi dan pemberitahuan belaka! Tak jarang pula kita menyewa dan membayar konsultan untuk masalah pendidikan, ekonomi, kesehatan, nikah dll. namun pada akhirnya kita hanya mendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat. Apalagi sekarang orang- orang lebih percaya untuk bertanya kepada google ketimbang konsultasi kepada Tuhan, orang tua (rohani). Penyesalan selalu datang terlambat; oleh sebab itu jangan terburu-buru dalam memutuskan rencana sendiri tanpa konsultasi dengan Tuhan. 

- Tidak berdiri di jalan orang berdosa → pelaksanaan

Berbahagialah orang yang melakukan perencanaan hidupnya dengan baik kemudian tidak berdiri di jalan orang berdosa, maksudnya: tidak memosisikan diri pada jalur/rel – budaya/etos kerja atau gaya hidup – orang berdosa. Dibutuhkan keberanian untuk “melawan arus” dengan mengatakan “tidak” kepada dosa. Ilustrasi: ikan salmon, trout, herring yang dagingnya lezat dimakan mempertahankan kelangsungan hidup dengan berenang melawan arus agar telur-telurnya tidak dimakan oleh predator. 

Aplikasi: di mana pun kita beraktivitas – di sekolah, tempat kerja, pergaulan di masyarakat – hendaknya kita tidak ikut-ikutan meniru gaya hidup orang berdosa. Kita harus mempunyai keberanian “melawan arus” terhadap mayoritas yang hidup tidak sesuai dengan kebenaran Firman Allah. Jika tidak, kita bagaikan sekam ringan tidak berisi yang gampang ditiup angin dan terhempas hilang. Jangan berpikir kalau kita melawan arus kita akan kehilangan sesuatu atau tidak mendapatkan apa-apa. 

Bukankah garis melenceng miring diawali dengan selisih perbedaan yang kecil tetapi makin jauh makin melebar selisihnya? Waspada, jangan merasa sudah berada di jalan benar padahal arahnya menuju kepada kebinasaan/maut (Ams. 14:12; 16:25). 

- Tidak duduk di kumpulan pencemooh → hasil

“Duduk dalam perkumpulan” menggambarkan seusai beraktivitas (hasil dari apa yang dikerjakan), kita bergaul, “hang out” menghabiskan waktu senggang dengan komunitas orang yang suka menghujat dan menentang Allah.

Pencemooh ialah orang-orang congkak yang suka menghina Tuhan. Sangat berbahaya kalau orang Kristen yang sudah mendapatkan hasil dari pekerjaan yang direncanakannya kemudian mengabaikan komunitas mana yang dipilihnya karena ini sangat memengaruhi kebahagiaan di masa mendatang.

Aplikasi: hendaknya kita membiasakan diri seusai ibadah tidak langsung pulang tetapi berkumpul bersama jemaat lain juga dengan Gembala-Penatua untuk mempererat tali persaudaraan di dalam Tuhan seperti dilakukan oleh gereja mula-mula. Bukankah lebih baik satu hari di pelataran-Nya daripada seribu hari di tempat lain; berdiri di ambang pintu rumah Allah daripada berdiam di kemah-kemah orang fasik (Mzm. 84:10-11)? Bahkan kalau memungkinkan berekreasi bersama dengan komunitas orang-orang percaya ketimbang menghabiskan waktu dan uang dengan mereka yang menghujat Allah untuk mendapatkan kebahagiaan sejati bukan kebahagiaan yang semu.

  • Berkomitmen hidup mencintai Firman Tuhan

Kita akan berbahagia bila memiliki kesukaan, kerinduan, kecintaan terhadap Firman Tuhan.

Firman Tuhan menjadi kebutuhan hidup untuk dikonsumsi bagaikan makan nasi tiga kali sehari tanpa ada bosannya, menyalurkan hobi dan merindukan kekasih hati yang semua dilakukan penuh kesukaan tanpa ada beban sama sekali. 

Daud merupakan pribadi yang sangat mencintai Firman Allah juga pemazmur 119 terlihat dari tulisan yang mengungkapkan isi hatinya (Mzm. 119:81-82, 97, 131). 

Aplikasi: ternyata kebahagiaan tidak selalu identik dengan pengeluaran banyak uang dan tenaga, tidak pula perlu dikejar hingga ke negeri Cina atau ke Alaska tetapi kebahagiaan kita peroleh bila kita mencintai Taurat Tuhan. Mulailah menyukai membaca Alkitab yang sekarang ini dipermudah dengan teknologi, kita dapat mendengarkan Alkitab Suara yang diperlengkapi dengan adegan suara dan instrumen yang mendukung pengertian kita dalam memahami kebenaran. 

PASTI DIIKUTI DENGAN HASIL (ay. 3-6)

Ini bukan teologi kemakmuran sebab pemazmur dengan tegas berbicara bahwa komitmen dan perjuangan tidak dikhianati oleh hasil. Dengan kata lain, perjuangan kita di dalam Tuhan akan membuahkan hasil seperti pohon hidup di tepi aliran air yang selalu membuahkan hasil. 

Hasil apa yang diperoleh?

  • Menuai pada waktunya (pada musim yang Tuhan tetapkan).

“Seperti pohon berada di tepi aliran air” menggambarkan suatu kepastian bukan sebuah kemungkinan. Coba bayangkan kita berada di dalam pesawat dan dari ketinggian melihat melalui kaca jendela ke bawah ke daerah subur dengan pepohonan hijau, akan terlihat jelas pohon-pohon yang berada di sepanjang tepi aliran sungai. Mereka tumbuh subur sebab dekat dengan sumber nutrisi. 

“Menghasilkan buah pada musimnya”, kata musim berkaitan dengan waktu yang tepat dari Tuhan – tidak terlambat tidak pula terlalu cepat. Sementara “tidak layu daunnya” menunjukkan lintas musim, maksudnya musim apa pun tidak memengaruhi kondisi daun untuk tetap hijau. Beda dengan pohon-pohon yang hidup tidak di tepian air, daunnya akan terkondisikan dengan iklim yang dapat menyebabkan daunnya layu, gugur atau tetap hijau. 

“Apa saja yang diperbuatnya berhasil” menggambarkan tidak ada yang sia-sia tetapi pasti menghasilkan dan kemajuan/progres dalam banyak aspek bahkan di dalam kesulitan pun tetap mendatangkan kebaikan (bnd. Rm. 8:28). 

Aplikasi: ketika Tuhan memanggil kita untuk masuk dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, kerjakan dengan serius bukan untuk coba-coba maka Tuhan menjamin kita akan menghasilkan buah pada musimnya. Uniknya, “daunnya tidak layu” berarti kita dijamin senantiasa di dalam pemeliharaan-Nya. Jemaat Makedonia telah menjadi contoh walau hidup di bawah garis kemiskinan mereka dapat memberi melampaui kemampuan mereka (2 Kor. 8:1-2). Mereka bagaikan pohon yang ditanam di tepi aliran air yang tetap dipelihara oleh Tuhan bahkan menjadi berkat bagi jemaat-jemaat yang ada di Yerusalem. Kita juga dapat melakukan banyak hal dan tidak menjadi sia-sia tanpa harus menunggu menjadi kaya terlebih dahulu. Bahkan bagi orang yang mengasihi Tuhan, segala sesuatu yang ada di sekitarnya dan dalam keadaan apa pun dapat diubah Tuhan untuk mendatangkan kebaikan sebab Ia turut bekerja. 

  • Menang pada waktunya (tahan dalam penghakiman)

Progres jaminan yang paling jauh ialah jaminan kemenangan pada saat penghakiman ketika Allah menghakimi semua makhluk. Saat itu orang benar akan bersukacita karena diganjar dengan kehidupan kekal sementara orang fasik tidak dapat bertahan karena tidak memiliki bobot dan akan mendapat hukuman kekal. 

Masing-masing dari kita diuji oleh waktu juga oleh langkah-langkah di masa lalu untuk menentukan kualitas komitmen kita dan buah yang dihasilkan. Marilah kita berkomitmen untuk melibatkan Tuhan di dalam setiap kegiatan kita, mencintai Firman-Nya maka kita akan menghasilkan buah dengan menjadi berkat bagi sesama dan Nama Tuhan dipermuliakan. Amin.