Melatih Kesucian
Menyerukan hal ini, artinya kita senantiasa mempersenjatai dan melengkapi pikiran kita dengan kesadaran bahwa pelayanan tidak boleh digunakan untuk kepentingan apa pun. Bukan untuk keuntungan materi, uang, kehormatan, atau apa pun, melainkan kepentingan Tuhan. Kepentingan Allah Bapa di surga, yang tidak menghendaki seorang pun binasa. Ini yang menjadi satu-satunya concern Tuhan. Ini yang menjadi satu-satunya beban di hati Tuhan. Ini yang menjadi satu-satunya kerinduan hati Allah Bapa, yang menciptakan langit dan bumi, yang menciptakan manusia.
Kalau kita punya anak, kita bisa merasakan betapa besar kepentingan anak itu di mata kita. Banyak orangtua yang kadang-kadang bisa menyingkirkan kepentingannya sendiri demi anak. Orangtua tidak tega melihat anaknya sakit atau menderita. Orangtua rela berbuat apa pun demi kebahagiaan dan sukses anak-anaknya. Perasaan kasih yang kita miliki seperti itu, juga dimiliki Allah Bapa lebih dari kita. Firman Tuhan mengatakan, “apakah ada seorang ibu yang meninggalkan anak yang disusuinya? Seandainya ada, Aku tidak pernah meninggalkan kamu.” Artinya, kasih ibu kepada anak tidak lebih besar dari kasih Allah kepada manusia; tidak lebih besar dari kasih Allah kepada umat-Nya.
Jangan berpikir kita bertetangga dengan Tuhan; jangan berpikir kita di luar lingkaran Tuhan. Kita adalah biji mata-Nya, kekasih-kekasih-Nya. Firman Tuhan mengatakan, “tembok-tembok rumahmu di mata-Ku.” Artinya, “Aku menjagai kamu, supaya tidak ada pencuri, rampok, maling, atau binatang buas menembus tembokmu dan menyusahkan, menyakiti kamu. Namamu terukir di telapak tangan-Ku.”
Ini kepentingan Tuhan yang harus kita junjung tinggi di atas segala kepentingan. Tidak masalah, apakah kita punya gedung gereja sendiri atau hanya kontrak. Tidak masalah kita punya aset dengan nilai tinggi, atau tidak punya. Semua itu tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah setiap kita harus menjadi anak-anak Allah yang benar. Oleh sebab itu, kita harus memiliki Tuhan. Beragama tidak menjamin seseorang memiliki Tuhan. Menjadi aktivis atau pendeta tidak jaminan dia memiliki Tuhan. Orang yang memiliki Tuhan adalah orang yang berani melepaskan hidupnya dari segala ikatan.
Yang pertama, ikatan dosa. Karena Allah tidak bisa dipersekutukan dengan kegelapan. Terang tidak bisa bersekutu dengan gelap. Apa pun, bagaimana pun, sukar atau sangat sukar, kita harus menjadi suci. Semua yang dilatih dan terus dibiasakan, akan menjadi mudah, dan kita bisa mencapainya. Tetapi kalau kita sudah bermental blok, “tidak mungkin bisa hidup suci. Suci itu nanti hanya di surga. Suci itu karunia untuk orang-orang khusus saja,” itu menyesatkan. Sehingga irama jiwa, tubuh dan hidup kita adalah irama meleset; hamartia; dosa, ketidaktepatan, kemelesetan.
Kalau orang berlatih memanah setiap hari, dia tidak pernah memanah keluar dari lingkaran sasaran. Malah, bisa tepat. Tetapi kalau orang tidak biasa memanah, dia bisa meleset sampai 2-3 meter. Kita yang tidak pernah berlatih main piano, jika disuruh bermain piano, sama sekali tidak bisa. Disuruh main saxophone dengan tuts yang begitu banyak, tidak bisa. Tetapi kalau dilatih setiap hari, kita bisa melakukannya. Semua yang dilatih, itu bisa. Semua yang dibiasakan, itu bisa menjadi mudah. Demikian juga dengan kesucian.
Kita bisa berlatih dalam banyak hal, dan bahkan bisa menjadi ahli. Orang yang dagang atau petugas bank, biasa menghitung uang, maka ia bisa menghitung uang dengan jari-jarinya secara cepat dan tepat. Tetapi yang tidak biasa menghitung uang, hanya beberapa lembar uang saja, bisa salah. Seorang pemain sirkus, bisa melompat dari ketinggian dan tepat dalam meraih pegangan tangan. Sebab, dia berlatih sejak kecil. Semua juga melalui proses berlatih.
Setan telah menenggelamkan orang dengan banyak kesibukan, dengan berbagai filosofi, cara pandang, prinsip-prinsip hidup yang menghantar ke neraka, ke api kekal. Sebenarnya kita adalah orang-orang yang telah disesatkan agar kita tidak pernah berlatih untuk hidup dalam kesucian, agar bisa bersekutu dengan Allah. Maka, kita harus terus berlatih dan berjuang untuk masuk dalam proses yang Allah sediakan.
Semua yang dilatih, itu bisa. Semua yang dibiasakan, itu bisa menjadi mudah. Demikian juga dengan kesucian.