Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Roma 8:31-36 Hidup di Dunia yang Gelap dan Jahat

Shalom,

Kali ini Firman Tuhan memberikan kita pesan pengharapan sekaligus tantangan bagaimana hidup di dunia yang gelap dan jahat ini. Bukankah Tuhan memanggil kita untuk menjadi garam dan terang dunia (Mat. 5:13-14)? Bagaimana kita dapat mempraktikkannya sementara dunia makin kacau?

Apa jawab kita ketika Rasul Paulus menanyakan pertanyaan semacam ini? “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rm. 8:31) Pertanyaan ini muncul sebab Tuhan tahu bahwa hati manusia pada dasarnya itu jahat (Kej. 6:5) karena kita hidup dalam dunia yang telah jatuh. Bukankah Alkitab telah mengatakan bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar (2 Tim. 3:1)? Kapan hari-hari terakhir ini dimulai? Beberapa orang mengatakan kita sekarang sudah hidup di hari-hari terakhir. Menurut Alkitab, hari-hari terakhir dimulai saat gereja lahir seperti tertulis di Kitab Kisah Para Rasul di hari Pentakosta. Jadi sudah 2.000 tahun ini kita hidup di akhir dari hari-hari terakhir bila melihat tanda-tanda yang terjadi di dunia juga nubuat yang tertulis di Alkitab. Bukankah “masa-masa sukar” sudah dijanjikan akan terjadi? Namun beberapa denominasi gereja mengatakan kalau kita menjadi orang Kristen, hidup kita akan indah tidak mengalami kesulitan hidup. Alkitab tidak pernah mengatakan hal demikian! Sebaliknya, Alkitab dengan tegas mengatakan kita akan mengalami hari-hari sukar.

Yesus sendiri mengatakan bahwa kita akan dibenci oleh semua orang oleh karena Nama-Nya (Mat. 10:22); mereka membenci Dia terlebih dahulu maka kita ikut dibenci (Luk. 6:22). Mereka menganggap Yesus adalah pengikut penghulu setan/Beelzebul (Mat. 12:24), maka kita juga dianggap pengikut setan. Jelas, sebagai anak-anak Tuhan, kita pasti mengalami masa-masa sukar.

Mengapa kita harus melewati masa-masa sukar? Alkitab menggambarkan keadaan dunia di mana kita hidup saat ini seperti tertulis dalam 2 Timotius 3:2-5, “Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”

Bukankah kita menyaksikan kondisi dunia sekarang ini dengan ciri-ciri seperti ayat-ayat yang tertulis di atas? Sekarang orang sibuk mencari uang untuk membangun status bagi diri sendiri, uang menjadi allah mereka. Mereka mengejar kedudukan, sombong, tidak mau diajar, suka menggosip. Kenyataannya, banyak gereja pecah karena gosip. Waspada, bertobatlah jika Anda suka menggosip karena Anda sedang diperalat oleh Iblis untuk menghancurkan suatu persekutuan.

Saat ini kita juga menghadapi anak-anak yang tidak patuh terhadap orang tua. Terlebih lagi dengan adanya sosial media yang menyajikan film pornografi, musik, video games dll. yang merusak pikiran dan hati. Apakah semua ini terjadi secara kebetulan? Tidak, semua sudah direncanakan dan sengaja diluncurkan oleh setan menggunakan orang-orang yang tidak percaya kepada Allah.

Tak dapat disangkal banyak orang Kristen bersembunyi dan tidak mau aktif terlibat padahal keselamatan bukan untuk disimpan dan disembunyikan. Ilustrasi: ketika berada di dalam suatu ruang gelap, yang terlintas pertama kali di dalam pikiran kita ialah menyalakan lampu untuk melenyapkan kegelapan.

Banyak orang Kristen mengeluh tentang gelapnya dunia namun sebenarnya masalahnya bukan pada kegelapan itu sendiri tetapi pada terang yang tidak dinyalakan. Mengapa? Karena terang yang dimiliki oleh anak Tuhan disimpan/disembunyikan. Mereka ketakutan dan tidak tahu siapa mereka sebenarnya juga tidak menyadari mereka milik siapa. Mereka malah membiarkan dunia, budaya dan media memengaruhi mereka; bukan sebaliknya. Mereka bahkan begitu ketakutan akan kehilangan keselamatan jika tidak melakukan ini dan itu.

Jadi bagaimana kita seharusnya hidup di dalam dunia yang gelap ini?

Roh Kudus menjelaskan kepada kita bahwa ada dua aspek yang membuat kita tidak terpisah dari kasih Kristus, yakni:

Berkaitan dengan pribadi (Rm. 8:31)

Jika Allah di pihak kita, Iblis tidak dapat memisahkan kita dari kasih-Nya sebab tidak ada sesuatu atau seseorang yang lebih kuat dari-Nya. Pribadi yang paling besar dan paling berkuasa di langit dan bumi ini justru berpihak kepada kita bahkan memberikan Putra Tunggal-Nya secara cuma-cuma bagi kita.

Untuk apa Yesus datang ke bumi? Karena Allah mengasihi manusia bahkan sebelum alam semesta diciptakan, Ia telah menyiapkan Yesus Kristus untuk pengampunan dosa menurut kasih karunia-Nya (Ef. 1:4-6). Namun ada pribadi yang berusaha merebut kasih Allah dari kita itulah Iblis yang menggugat/menuduh siang malam (Rm. 8:33; Why. 12:10). Siapapun dapat menggugat/menuduh kita tetapi Allah kita lebih hebat darinya.

Kristus Yesus, Pembela kita, yang telah mati, bangkit dan duduk di sebelah kanan Allah (ay. 34)

Yesus tidak pernah menarik diri dari pekerjaan keselamatan yang dilakukan-Nya. Ia mati untuk kita, bangkit mengalahkan maut dan sekarang sedang menyediakan tempat bagi kita di Surga (Yoh. 14:2). Selain itu Ia menjadi Pembela kita atas segala tuduhan Iblis yang dilontarkan kepada kita siang malam. Ia yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa membela kita sambil menunjukkan bekas luka di tangan-Nya mengatakan, “Bapa, dia milik-Ku yang telah Kutebus dengan darah-Ku.” Dan kepada Iblis, Ia menuding dengan jari-Nya mengusirnya untuk pergi. Jika Iblis mendakwa kita siang malam, Yesus juga membela kita siang malam.

Berkaitan dengan keadaan (ay. 35)

Apakah penindasan, kesesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya atau pedang dapat memisahkan kita dari kasih Allah? Kenyataannya, banyak orang Kristen menderita aniaya oleh sebab Nama Yesus tetapi mereka tetap bersukacita. Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Bila kita ingin hidup berkemenangan di dalam penderitaan di dunia ini, pola pikir kita harus diubah dari pemikiran perkara-perkara duniawi kepada perkara-perkara Surgawi. Kita hanyalah pengembara di dunia ini. Ketika kita bertobat dan menerima Yesus, kita menjadi milik-Nya dan berkewargaan Kerajaan Surga. Jangan pikiran kita fokus pada dunia ini karena kita akan mengalami kesulitan dan tidak tahu apa yang harus kita lakukan! Contoh: kita tahu Tuhan berjanji akan datang kembali, akan ada penghakiman untuk orang jahat, Surga itu seperti apa, tubuh apa yang kita miliki di Surga, mahkota apa saja yang akan Tuhan sediakan dst. dari Alkitab yang kita miliki dan ini membuat kita tenang serta hidup berkemenangan di dunia ini.

Kita tahu bahwa keadaan dunia melawan kita dan kita digambarkan seperti domba sembelihan (Rm. 8:36). 

Bukankah Yesus mengutus murid-murid-Nya seperti domba di tengah-tengah serigala (Mat. 10:16)? Domba tidak mempunyai cakar, taring atau tanduk tajam sebab pada dasarnya domba tidak disiapkan sebagai hewan untuk menyerang tetapi untuk disembelih dan dimakan. Namun dikatakan bahwa kita menjadi lebih dari pemenang oleh sebab Dia yang mengasihi kita (ay. 37). Kita mampu mengalahkan kesulitan hidup karena Ia bersama kita hingga pada akhirnya.

Lebih lanjut dikatakan keyakinan kita tidak akan tergoyahkan oleh apa pun – kematian, hidup, malaikat, pemerintah – yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (ay. 38-39). Tidak ada benda-benda ciptaan, termasuk kita sendiri, dapat memisahkan kita dari kasih-Nya karena Allahlah yang mengasihi kita bukan kita yang mengasihi-Nya. Kasih-Nya kepada kita tak tergoyahkan dan tidak ada seorang pun (malaikat, setan, pemerintahan dll.) atau sesuatu pun (keadaan dunia bahkan kematian dan kehidupan) dapat mengubahnya sebab Ia lebih berkuasa dari semuanya.

Memang kita menghadapi masa-masa yang sukar, apa pengharapan kita? Banyak orang Kristen hidup dalam ketakutan tetapi Tuhan memberikan kita roh kekuatan bukan roh ketakutan. Berdoalah ketika membuat suatu keputusan dan tetaplah waspada. Jangan mudah tertipu!

Yesus menghadapi kita seperti yang Ia lakukan terhadap murid-murid-Nya. Ia mengatakan kepada mereka bahwa Anak Manusia akan diserahkan, dibunuh dan pada hari ketiga Ia akan bangkit. Mereka mendengar hal itu tetapi lupa bagian terakhir yaitu pada hari ketiga Ia akan bangkit. Kalau kita berpikiran sama seperti mereka, kita akan sedih, cemas, takut, terganggu padahal kebangkitan-Nya mendatangkan kemenangan. Para murid tidak memikirkan hal ini. Apa respons Yesus terhadap mereka? Ia tidak marah karena Ia sangat mengasihi mereka. Kata-Nya, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” (Yoh. 14:1)

Siapakah Allah itu? Ia adalah Pencipta alam semesta yang mahakudus dan mahakuasa – tidak ada dosa dan kebohongan di dalam diri-Nya. Ia juga setia berpihak pada kita. Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah dan pergi ke rumah Bapa-Nya untuk menyediakan tempat bagi kita serta berjanji akan datang kembali membawa kita ke tempat-Nya untuk tinggal bersama-Nya (ay. 2-3). Ingat, Ia tidak pernah mengingkari janji sebab di dalam Dia tidak ada kebohongan tetapi kebenaran. Namun Tomas mengatakan bahwa dia tidak tahu ke mana Yesus pergi, bagaimana dia tahu jalan ke sana (ay. 4-5). Ia menjawab dengan tegas kepadanya, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.” (ay. 6)

Banyak orang mencoba berbagai macam agama dan berganti Tuhan tetapi Yesus mengatakan Dialah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup. Jawaban-Nya spesifik dan ekslusif karena berkaitan dengan kepemihakan Allah kepada kita yang tidak menyayangkan Putra satu-satunya yang dikasihi mati bagi kita. Allah memberikan hadiah paling berharga bagi kita. Apakah Allah bersedia menerima pengurbanan darah orang lain kecuali darah Anak-Nya sendiri? Apakah Allah akan menerima jalan lain untuk datang kepada-Nya kecuali melalui Putra Tunggal-Nya sendiri? Allah tidak akan pernah mengambil allah-allah lain atau agama lain, tidak juga melihat status, uang, kedudukan kita tetapi satu-satunya jalan menuju ke Dia ialah melalui Yesus Kristus. Keanggotaan bergereja dan cara baptisan hanya merupakan bagian dari hidup kekristenan sebagai hasil dari keselamatan bukan penyebab kita selamat. Jika Anda mengandalkan persoalan hidup kekal di luar Yesus Kristus, Anda ada dalam masalah.

Sayang, banyak orang di dunia ini berpikir bahwa Tuhan tidak mengenal dan peduli kepada mereka. Yeremia juga berpikir hal yang sama tetapi Ia berbicara kepadanya bahwa Ia telah mengenalnya sebelum membentuknya dalam rahim ibunya dan sebelum keluar dari kandungan, Ia telah menguduskan serta menetapkan dia menjadi nabi (Yer. 1:4-8).

Terbukti Tuhan mengenal setiap dari kita sebelum kita lahir bahkan sebelum alam semesta diciptakan (Mzm. 139:13-15). Dia mengetahui nama kita masing-masing, memanggil dan menyelamatkan kita juga mempunyai rencana dan tujuan serta pekerjaan yang harus kita selesaikan. Namun beberapa dari kita tidak taat dan keras kepala tidak mau melakukan pekerjaan tersebut sehingga Ia mendisiplinkan kita.

Tak dapat dipungkiri kita berharap ingin berada di hadirat-Nya walau sekarang kita merasakan hadirat-Nya tetapi apa yang kita alami sekarang ini tidak sama dengan yang akan datang. Tuhan hadir di dalam pertemuan ibadah kita dan kita mendengarkan Firman-Nya. Ketika kita lahir baru menjadi anak Tuhan dan menerima Dia dalam hidup kita, Roh Kudus yang ada di dalam kita mengingatkan kita tiap hari bahwa kita ada di dalam hadirat-Nya. Ia menuntun serta memimpin kita dan kita berjalan dengan iman karena kita belum melihat Tuhan muka dengan muka. Namun keadaan akan berubah ketika hari itu tiba. Ini yang kita rindukan yaitu turunnya Yerusalem baru dari Surga yang dibangun oleh Allah sendiri (Why. 21:1-3). Yerusalem baru tersebut merupakan ibu kotanya Surga di mana tabernakel Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia diam/hadir bersama mereka (ay. 3).


Perhatikan, Tuhan mengatakan Ia ada bersama-sama dengan manusia hingga tiga kali di ayat yang sama (Why. 21:3), yakni:

1. Kemah/tabernakel Allah ada di tengah-tengah manusia. Di zaman Musa, Tabernakel merupakan tempat (fisik) di mana TUHAN berhadirat/berdiam di tengah-tengah umat-Nya (Kel. 25:8).

2. Ia akan berdiam bersama-sama mereka,

3. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.


Tuhan mengulang tiga kali bahwa Ia akan bersama-sama dengan kita untuk pemenuhan janji Yesus yang mempersiapkan tempat bagi kita dan tinggal bersama kita.

Tahukah bahwa Yesus yang sedang membangun/menyediakan tempat bagi kita menggambarkan persiapan suatu pernikahan? Bagi orang Yahudi, “membangun/menyediakan tempat” jelas menggambarkan suatu pernikahan antara mempelai wanita dan mempelai pria. Pada masa pertunangan, calon mempelai pria wajib mempersiapkan tempat/rumah untuk ditinggali bersama pasangan hidupnya. Pernikahan tidak ada berlangsung jika tempat/rumahnya belum siap. Tradisi mempersiapkan rumah tidak hanya berlaku bagi orang Yahudi tetapi juga di banyak tempat.

Ilustrasi:

waktu seseorang sudah tidak sabar ingin segera menjemput tunangannya dan masuk dalam pesta pernikahan, namun ayahnya menahannya sebab persiapan kamar di rumah ayah belum selesai. Begitu kamar/rumah siap ditempati, segera seseorang tersebut menghelat perayaan nikah besar-besaran.

Yesus yang telah menyelamatkan kita, gereja-Nya, sedang menyiapkan tempat di rumah Bapa-Nya bagi kita, calon mempelai-Nya, di masa pertunangan ini. Saat pesta perkawinan tiba maka tidak lagi ada air mata, perkabungan, ratap tangis, dukacita bahkan maut juga tidak ada sebab segala sesuatu termasuk langit dan bumi lama telah berlalu (Why. 21:4,1). Dengan demikian nubuat Yesaya 65:17 dipenuhi. Saat itu kita akan melupakan segala penderitaan yang terjadi selama hidup di dunia.

Apa yang terjadi saat pertemuan gereja dengan Tuhannya?

⊕. Akan datang penghakiman bukan untuk menghukum tetapi memberikan kita upah atas apa yang telah kita kerjakan bagi Kerajaan-Nya selama di dunia ini.

⊕. Seluruh orang-orang percaya dari segala zaman – Perjanian Lama, perjanjian Baru hingga akhir dari semuanya – akan terangkat dan bertemu serta saling mengenal satu sama lain.


Bagaimana dengan orang tua, anak-anak, suami, istri yang mati di luar Yesus? Kita tidak akan mengingat mereka yang mati di luar Tuhan karena saat itu tidak akan ada lagi air mata penderitaan dan dukacita. Bila kita mengingat mereka, kita akan selalu merasa sedih karena mereka tidak bersama-sama dengan kita padahal di dalam kekekalan kita akan menikmati sukacita tetapi bagaimana mungkin kita dapat bersukacita apabila kita masih ada kenangan dengan mereka. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan mereka sebab kita bukan Tuhan. Ia adalah Hakim yang kudus dan adil. Sebenarnya Ia telah memberikan banyak kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan keselamatan dan mereka sendiri akan bertanggung jawab kepada Tuhan bukan kita.

Dalam doa-Nya kepada Bapa, Yesus, Mempelai Pria Surga, sudah tidak sabar menunggu kita untuk tinggal bersama dengan-Nya supaya mereka melihat kemuliaan-Nya (Yoh. 17:24). Doa-Nya terkabul ketika Yerusalem baru turun dari Surga dan Ia berdiam bersama-sama umat-Nya bahkan mereka melihat wajah-Nya (Why. 22:3-4). Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, Musa pernah meminta Tuhan memperlihatkan kemuliaan-Nya tetapi Ia menjawab tidak ada seorang pun tahan memandang wajah-Nya dan tetap hidup. Musa hanya melihat bagian belakang-Nya (Kel. 33:20-23). Namun di pertemuan kita dengan Tuhan nanti, kita akan memiliki tubuh kemuliaan baru dengan hati dan pengertian baru sehingga kita dapat tahan berdiri di depan kemuliaan-Nya. Kita juga akan menerima upah dan banyak mahkota.

Sebenarnya apa itu hidup kekal? Kita mengenal satu-satunya Allah yang benar juga mengenal Yesus Kristus yang diutus-Nya (Yoh. 17:3). Kita akan melihat Tuhan setiap saat, menerima sesuatu yang baru dari-Nya dan menyembah-Nya “kudus, kudus, kudus”. Surga selalu dipenuhi dengan nyanyian dan pujian yang akan kita lakukan di sana. Oleh sebab itu hendaknya kita saling berdoa dan mendukung satu sama lain sambil menunggu hari penebusan itu. Memang kita sudah ditebus oleh Tuhan tetapi hari itu merupakan kepenuhan penebusan tubuh kita.

Janji “Allah beserta kita, siapakah yang akan melawan kita?” hanya ditujukan kepada mereka yang sudah lahir baru. Jangan sombong dan menunda waktu untuk menerima Kristus hari ini! Apakah Anda berpikir masih memiliki banyak waktu? Ingat, setiap detak jantung dan napas kita adalah pemberian dari-Nya. Jangan menunggu adanya kesempatan kedua yang mungkin tidak akan pernah ada!

Apa yang akan terjadi ketika seseorang mati tanpa Yesus? Akan ada penghakiman setelah kematian. Orang-orang mati – besar dan kecil – berdiri di hadapan takhta putih besar dan dibukalah semua kitab juga kitab kehidupan. Mereka dihakimi menurut perbuatan mereka berdasarkan apa yang tertulis di dalam kitab-kitab itu. Dan bagi mereka yang namanya tidak tercantum dalam kitab kehidupan akan dilemparkan ke dalam lautan api (Why. 20:11- 15).

Bagi anak-anak Tuhan yang sedang mengalami penderitaan di dunia ini, percayalah Allah berpihak kepada kita dan kita akan berkemenangan untuk beroleh janji berkat dan upah tinggal bersama Dia penuh sukacita di dalam kekekalan. Bagi mereka yang belum/tidak percaya saat ini, jangan menunda-nundak waktu dan kesempatan selama masih diberi napas kehidupan. Ingat ada kehidupan setelah kematian dan Tuhan akan menghakimi dengan adil. Saat itu tidak lagi ada kesempatan untuk bertobat kecuali dilemparkan ke dalam lautan api. Sungguh ngeri bila jatuh dalam pengadilan Allah yang mahaadil! Amin.