Ulangan 23:21-23 – Jangan Bernazar Bila Mudah Diingkari
“Apa yang keluar dari bibirmu haruslah kaulakukan
dengan setia, sebab dengan sukarela kaunazarkan kepadaTUHAN, Allahmu, sesuatu
yang kaukatakan dengan mulutmu sendiri.” Ulangan 23:23.
Karena terdorong oleh luapan
emosi sesaat atau karena terdesak suatu hal, ada banyak orang Kristen gampang
sekali bernazar kepada Tuhan. Bernazar bisa siartikan: janji yang
sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk melakukan suatu hal. Semisal: “Jika aku
sudah sembuh dari sakitku aku akan semakin melayani Tuhan. Kalau bisnisku
diberkati Tuhan, aku akan sisihkan uangku untuk membantu pembangunan gereja,
dan sebagainya.” Mereka berpikir dengan bernazar Tuhan pasti akan mengabulkan
semua keinginannya.
Firman Tuhan memperingatkan
dengan kerasa agar kita tidak gampang untuk bernazar bila kita sendiri tidak
bisa menepatinya alias ingkar “... sebab
tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi
dosa bagimu.” (Ulangan 23:21). Adalah “Lebih
baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya. Janganlah
mulutmu membawa engkau kedalam dosa, dan janganlah berkata dihadapan utusan
Allah bahwa engkau khilaf. Apakah perlu Allah menjadi murka atas
ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu?” (Pengkhotbah 5:4-5). Pikirkan
masak-masak sebelum berbicara!
Ada pelajaran berharga dari
Yefta tentang nazar. Ketika hendak berperang melawan bani Amon bernazarlah
Yefta dihadapan Tuhan: “Jika Engkau
sungguh-sungguh menyerahan bani Amon itu kedalam tangan ku, maka apa yang
keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan
selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan
mempersembahkannya sebagai korban bakaran.” (Hakim-Hakim 11:30-31). Pikir Yefta
yang akan keluar dari pintu rumahnya adalah hewan ternaknya, namun: “Ketika Yefta pulang ke Mizpa kerumahnya,
tampaklah anaknya perempuan keluar menyongsong dia dengan memukul rebana serta
menari-nari. Dialah anaknya yang tunggal; selain dari dia tidak ada anaknya
laki-laki atau perempuan.” (Hakim-Hakim 11:34). Dengan hati yang hancur
berkeping-keping Yefta pun menepati nazarnya dengan mempersembahkan anak
gadisnya itu kepada Tuhan.
Lebih baik tidak bernazar daripada tidak bisa
menepatinya!